Archive for 2016
Rumus Cara Mencari Luas Lingkaran
Rumus cara mencari luas lingkaran sangat penting untuk Anda pahami karena
rumus ini merupakan konsep dasar untuk menguasai materi selanjutnya, misalnya untuk
mencari volume tabung, luas permukaan tabung, volume kerucut, luas permukaan kerucut, dan luas juring lingkaran. Bagaimana rumus mencari luas lingkaran?
Rumus Mencari Luas Lingkaran Jika Jari-Jari Diketahui
Jika jari-jari lingkaran diketahui maka rumus
untuk mencari luas lingkaran yakni:
L = πr2
Di mana:
L = luas lingkaran
π = 3,14 atau 22/7
r = jari-jari lingkaran
Perlu diketahui, jika jari-jari lingkaran yang
diketahui merupakan kelipatan dari 7 maka gunakan π = 22/7, sedangkan jika jari-jari
lingkaran yang diketahui merupakan bukan kelipatan dari 7 maka gunakan π = 3,14.
Contoh
Soal 1
Ali akan membuat kolam ikan yang berbentuk
lingkaran dengan jari-jari 7 m. Hitunglah luas kolam ikan yang akan dibuat oleh
Ali.
Penyelesaian:
Karena yang diketahui hanya jari-jarinya dan panjang
jari-jari lingkaran merupakan kelipatan 7 maka gunkan π = 22/7. Luas lingkaran
dapat dihitung yakni:
L = πr2
L = (22/7).(7 m)2
L = 154 m2
Jadi, luas kolam ikan yang akan dibuat oleh Ali
adalah 154 m2
Contoh
Soal 2
Di pusat sebuah kota rencananya akan dibuat
sebuah taman berbentuk lingkaran dengan jari-jari 10 m. Jika taman tersebut akan
ditanami rumput dengan biaya Rp 6.000,00/m2, hitunglah seluruh biaya
yang harus dikeluarkan untuk menanam rumput tersebut.
Penyelesaian:
Karena yang diketahui hanya jari-jarinya dan panjang
jari-jari lingkaran merupakan bukan kelipatan 7 maka gunkan π = 3,14. Luas taman
dapat dihitung yakni:
L = πr2
L = 3,14.(10 m)2
L = 314 m2
Jadi, luas taman yang akan ditanami rumput adalah
314 m2
Untuk menghitung biaya yang diperlukan dapat
dilakukan dengan cara mengalikan biaya per m2 dengan luas taman,
maka:
Biaya = biaya per m2 × luas
Biaya = Rp 6.000,00/m2 × 314 m2
Biaya= Rp 1.884.000,00
Jadi, seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk
menanam rumput tersebut adalah Rp 1.884.000,00,-
Rumus Mencari Luas Lingkaran Jika Diameter Diketahui
Kita ketahui bahwa diameter (garis tengah) lingkaran
merupakan dua kali jari-jari lingkaran atau dapat ditulis:
d = 2r <=> r = ½d
Maka rumus mencari luas lingkaran jika diameter
diketahui yakni:
L = πr2
L = π(½d)2
L = ¼πd2
Jadi rumus untuk mencari luas lingkaran jika
diameter lingkaran diketahui yakni:
L = ¼πd2
Di mana:
L = luas lingkaran
π = 3,14 atau 22/7
d = diameter lingkaran
Contoh
Soal 3
Lempar cakram adalah salah satu cabang olahraga
atletik. Cakram yang dilempar memiliki diameter 220 mm. Tentukan luas cakram
tersebut.
Penyelesaian:
Karena yang diketahui hanya diameternya dan panjang
diameter cakram merupakan bukan kelipatan 7 maka gunkan π = 3,14. Luas cakram
dapat dihitung yakni:
L = ¼πd2
L = ¼ . 3,14 . (220 mm)2
L = 37.994 mm2 = 379,94 cm2
Jadi, luas cakram adalah 379,94 cm2
Contoh
Soal 4
Sebuah koin mainan berbentuk lingkaran dengan
diameter 28 mm. Tentukan luas koin mainan tersebut.
Penyelesaian:
L = ¼πd2
L = ¼ . (22/7) . (28 mm)2
L = ¼ . (22/7) . (28 mm)
. (28 mm)
L = 616 mm2
Jadi, luas koin mainan tersebut adalah 616 mm2
Rumus Mencari Luas Lingkaran Jika Keliling Diketahui
Untuk mencari rumus luas lingkaran jika keliling
lingkaran diketahui dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan rumus tidak langsung
dan langsung. Untuk rumus tidak langsung
Anda harus mencari jari-jari atau diameter lingkaran tersebut kemudian cari luasnya
dengan rumus:
L = πr2
atau
L = ¼πd2
Sedangkan untuk mencari rumus langsung perhatikan
uraian ini. Sebelum itu Anda harus paham dengan rumus keliling lingkaran. Perlu
Anda ketahui bahwa rumus keliling lingkaran yakni:
K = 2πr
Dimana:
K
= keliling lingkaran
π
= 22/7 atau 3,14
r
= jari-jari lingkaran
maka:
r = ½K/π
Dengan mensubstitusi r = ½K/π ke rumus luas
lingkaran L = πr2, maka:
L = πr2
L = π(½K/π)2
L = ¼ (K2/π)
Jadi rumus mencari luas lingkaran jika keliling lingkaran
diketahui adalah:
L = ¼ (K2/π)
Contoh
Soal 5
Sebuah taman berbentuk lingkaran yang dipagari
dengan kawat dengan panjang kawat 44 m. Tentukan luas lingkaran tersebut.
Penyelesaian:
Cara Tidak Langsung:
K = 2πr
44 m = 2 . (22/7) . r
r = 7 m
L = πr2
L = (22/7) . (7 m)2
L = (22/7) . (7 m) . (7 m)
L = 154 m2
Cara Langsung:
L = ¼ (K2/π)
L = ¼ ((44 m)2/(22/7))
L = ¼ (44 m) . (44 m)/(22/7)
L = 7 . (11 m) . 2 m
L = 154 m2
Jadi luas taman yang dipagari dengan kawat
tersebut adalah 154 m2.
Kesimpulan:
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumus mencari luas lingkaran yakni:
L = πr2
L = ¼πd2
L = ¼ (K2/π)
Demikian
postingan tentang rumus mencari luas lingkaran. Mohon maaf
jika ada kata atau perhitungan yang salah dalam postingan di atas.
Salam Matematika => Kita pasti bisa.
Lingkaran
Unsur Unsur/Bagian Bagian Lingaran
Setiap bangun datar memiliki unsur-unsur yang membangunnya, termasuk bangun datar yang berbentuk lingkaran. Ada
beberapa bagian lingkaran yang termasuk dalam unsur-unsur sebuah lingkaran di
antaranya titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur, tembereng, juring,
apotema, sudut pusat, dan sudut lingkaran. Untuk melihat gambarnya silahkan lihat gambar di bawah ini.
a.
Titik Pusat
Titik
pusat lingkaran adalah titik yang terletak tepat di tengah-tengah lingkaran. Pada
Gambar di atas, titik O merupakan titik pusat lingkaran, dengan demikian, lingkaran
tersebut dinamakan lingkaran O.
b.
Jari-Jari (r)
Jari-jari lingkaran adalah garis dari titik
pusat lingkaran ke lengkungan lingkaran (keliling lingkaran). Pada Gambar di atas, jari-jari lingkaran
ditunjukkan oleh garis OA, OB, OC, dan OD.
c.
Diameter (d)
Diameter
adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada lengkungan lingkaran (keliling lingkaran) dan
melalui titik pusat. Garis AB dan CD pada lingkaran O merupakan diameter
lingkaran tersebut. Perhatikan bahwa AB = AO + OB. Dengan kata lain, nilai
diameter lingkaran merupakan dua kali nilai jari-jari lingkaran, dapat ditulis secara matematis: d = 2r.
d.
Busur
Busur lingkaran merupakan garis lengkung yang terletak pada lengkungan
lingkaran (keliling lingkaran) dan menghubungkan dua titik sebarang di lengkungan tersebut. Pada
Gambar di atas, garis lengkung AC, garis lengkung CB, dan garis lengkung BD merupakan
busur lingkaran O. Untuk memudahkan mengingatnya Anda dapat membayangkannya sebagai busur panah.
e. Tali
Busur
Tali
busur lingkaran adalah garis lurus dalam lingkaran yang menghubungkan dua titik
pada lengkungan lingkaran dan tidak melalui pusat lingkaran. Tali
busur yang melalui pusat lingkaran dinamakan dengan diameter lingkaran.
Tali busur lingkaran tersebut ditunjukkan oleh garis
lurus AD yang tidak melalui titik pusat seperti pada gambar di atas. Untuk memudahkan mengingatnya Anda dapat membayangkan seperti pada tali busur panah.
f.
Tembereng
Tembereng
adalah
luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur dan tali busur.
Pada Gambar di atas, tembereng ditunjukkan oleh daerah yang diarsir dan
dibatasi oleh busur AD dan tali busur AD. Jadi tembereng terbentuk dari
gabungan antara busur lingkaran dengan tali busur lingkaran.
g. Juring
Juring
lingkaran adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh dua buah
jari-jari lingkaran dan sebuah busur yang diapit oleh kedua jari-jari lingkaran
tersebut. Pada Gambar di atas, juring lingkaran ditunjukkan oleh daerah yang
diarsir yang dibatasi oleh jari-jari OC dan OB serta busur BC, dinamakan juring
BOC.
h.
Apotema
Apotema lingkaran merupakan garis yang menghubungkan titik pusat
lingkaran dengan tali busur lingkaran tersebut. Garis yang dibentuk bersifat
tegak lurus dengan tali busur. Coba perhatikan Gambar di atas secara seksama.
Garis OF merupakan garis apotema pada lingkaran O.
g. Sudut Pusat
Coba perhatikan gambar di bawah dengan seksama!
Sudut
pusat adalah sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara dua buah
jari-jari lingkaran di titik pusat. Pada gambar di atas Garis OA dan OB merupakan jari-jari lingkaran yang berpotongan di titik pusat O membentuk sudut pusat, yaitu ∠AOB.
g. Sudut Keliling
Coba perhatikan lagi gambar di bawah dengan seksama!
Sudut
keliling merupakan sudut yang dibentuk oleh perpotongan antara dua buah
tali busur di suatu titik pada keliling lingkaran. Pada gambar di atas garis AC dan BC merupakan tali busur yang berpotongan di titik C membentuk sudut keliling ∠ACB.
g. Sudut Pusat
Coba perhatikan gambar di bawah dengan seksama!
g. Sudut Keliling
Coba perhatikan lagi gambar di bawah dengan seksama!
Pengertian dan Jenis Pola Bilangan
Pernahkah
Anda bermain ular tangga? Untuk memainkan permainan ular tangga Anda memerlukan
sebuah dadu. Jika anda perhatikan, di setiap sisi dadu tersebut memiliki memiliki
bilangan-bilangan yang digambarkan dalam bentuk bulatan-bulatan kecil (disebut
noktah atau titik), seperti gambar di bawah ini.
Bulatan-bulatan
kecil tersebut mewakili bilangan-bilangan yang ditentukan. Satu bulatan mewakili
bilangan 1, dua bulatan mewakili bilangan 2, dan begitu seterusnya hingga enam bulatan
yang mewakili bilangan 6. Uniknya, penulisan noktah-noktah tersebut ternyata
mengikuti pola yang didasarkan pada bentuk bangun datar atau bangun ruang.
Jika mengamati
dadu tersebut, diurutkan dengan suatu aturan tertentu sehingga
bilangan-bilangan pada dadu tersebut membentuk suatu barisan. Jadi pola bilangan merupakan suatu bilangan
dengan aturan tertentu akan membentuk suatu barisan bilangan yang teratur.
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak terdapat pola bilangan. Suatu barisan bilangan
dapat ditunjukkan dengan pola-pola. Berikut beberapa contoh pola bilangan,
yakni:
a.
Barisan 1, 3, 5, 7, 9 ... disebut barisan bilangan ganjil. Gambar polanya
seperti gambar berikut.
b. Barisan
2, 4, 6, 8, .... Barisan ini disebut barisan bilangan asli genap.
c. Barisan
1, 3, 6, 10, . .. Barisan ini disebut barisan bilangan segitiga. Gambar polanya
seperti gambar berikut.
d.
Barisan 1, 4, 9, 16, . .. Barisan ini disebut barisan bilangan segiempat.
Gambar polanya seperti gambar berikut.
Pebedaan Barisan dan Deret Bilangan
Mungkin
anda pernah melihat barisan bebek yang sedang berjalan. Tidak hanya bebek,
bilangan pun bisa berbaris yang dikenal dengan istilah barisan bilangan.
Bilangan-bilangan
yang diurutkan dengan pola (aturan) tertentu membentuk suatu barisan bilangan.
Misalnya, barisan bilangan
a. 45,
50, 55, 60, 65, ..., 120
b. 3, 6,
9, 12, 15, ..., 30 dan
c. 5, 10,
15, 20, 25, ...,55.
Bilangan-bilangan
yang membentuk suatu barisan bilangan disebut suku barisan. Misalnya, pada barisan
bilangan genap 2, 4, 6, 8, ... suku ke-1 dari barisan tersebut adalah 2, suku
ke-2 adalah 4, suku ke-3 adalah 6, dan seterusnya. Jadi, suatu barisan bilangan
dapat dikatakan sebagai suatu barisan yang dibentuk oleh suku-suku bilangan.
Berdasarkan
pola ketiga barisan tersebut, dapat diperoleh penjumlahan berikut.
a. 45 +
50 + 55 + 60 + 65,
b. 3 + 6
+ 9 + 12 + 15,
c. 5 + 10
+ 15 + 20 + 25.
Penjumlahan
suku-suku dari barisan-barisan tersebut dinamakan deret. Oleh karena itu, jika
U1, U2, U3, ..., Un adalah suatu barisan bilangan maka U1 + U2 + U3 + ... + Un dinamakan
deret. Nanti kita akan mengenal isitilah
barisan dan deret aritmatika serta barisan dan deret geometri.
Penerapan Barisan Bilangan Pada Kehidupan Sehari Hari
Berikut Saya berikan satu contoh penerapan konsep barisan bilangan dalam
kehidupan sehari-hari. Coba perhatikan gambar di bawah ini.
Pada
gambar di atas merupakan susunan segitiga yang dibuat dari kartu remi. Bisakah
anda membuat susunan kartu remi seperti bentuk di atas. Untuk membuat hal
seperti itu Anda harus membutuhkan kesabaran yang luar biasa dan tentunya jangan
mudah menyerah. Saya kagum dengan hal tersebut karena orang tersebut mampu
membuat susunan segitiga dengan kartu remi sampai 12 tingkat. Lalu apa
hubungannya dengan barisan bilangan pada gambar di atas?
Tahukah
anda berapa kartu remi yang diperlukan untuk membuat susunan seperti gambar di
atas? Untuk menjawab soal tersebut anda harus memahami konsep barisan bilangan.
Hal yang Anda harus lakukan untuk menjawab soal di atas adalah dengan cara
mencari rumus suku ke n dari susunan kartu remi tersebut. Jika kita jabarkan
maka akan terbentuk barisan bilangan seperti berikut seperti gambar berikut.
Untuk
membuat susunan segitiga dengan:
1
tingkat = 3 kartu remi
2 tingkat
= 9 kartu remi
3
tingkat = 18 kartu remi
4
tingkat = 30 kartu remi
Dan seterusnya.
Maka
barisan bilangannya menjadi: 3, 9, 18, 30, . . .
Ternyata
pola tersbut merupakan pola barisan geometri tingkat 2, yakni
U1 = 3
= ((3/2).1.0) + 3 = ((3/2).1.0) + (3.1)
U2 = 9
= ((3/2).2.1) + 6 = ((3/2).2.1) + (3.2)
U3 = 18
= ((3/2).3.2) + 9 = ((3/2).3.2) + (3.3)
U4 = 30
= ((3/2).4.3) + 12 = ((3/2).4.3) + (3.4)
Un = ((3/2).n.(n-1)) + 3n
Un = (3/2)n2
– (3/2)n + 3n
Un = (3/2)n2
+ (3/2)n
Jadi kita dapat hitung berapa kartu remi yang diperlukan
untuk membuat segitiga sampai 12 tingkat, yakni
Un = (3/2)n2
+ (3/2)n
U12 = (3/2)122
+ (3/2)12
U12 = 216
+ 18
U12 = 234
Jadi
untuk membuat segitiga dengan kartu remi sampai 12 tingkat diperlukan kartu
sebanyak 234 buah kartu remi. Semoga artikel ini berguna buat anda yang mencoba
mempelajari konsep deret dan barisan bilangan.
Operasi Pada Bentuk Akar
Operasi
pada bentuk akar sangat penting untuk Anda pahami, karena operasi
pada bentuk akar banyak diterapkan untuk menyelesaikan soal-soal bangun ruang
tiga dimensi. Jenis-jenis operasi pada bentuk akar sama seperti yang ada operasi
pada bilangan bulat maupun bilangan pecahan yang meliputi:
Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Operasi aljabar penjumlahan dan pengurangan
bentuk akar sudah Mafia Online posting pada postingan yang berjudul “Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar”.
Penjumlahan pada bentuk akar memiliki sifat sebagai berikut.
Sedangkan pengurangan bentuk akar memiliki sifat
sebagai berikut.
Contoh
Soal 1
Sederhanakan bentuk-bentuk berikut.
1). 4√3 + √3
2). 4√5 + 3√3
3). 4√2 – 2√2
4). 6√3 – 5√2
5). 10√7 + 3√7 – 4√7
6). 9√5 + 4√5 + 7√7 – 3√7
Penyelesaian:
- 4√3 + √3 = (4 + 1)√3 = 5√5
- 4√5 + 3√3 (Tidak dapat dijumlahkan karena tidak memenuhi sifat penjumlahan bentuk akar)
- 4√2 – 2√2 = (4 – 2)√2
- 6√3 – 5√2 (Tidak dapat dikurangkan karena tidak memenuhi sifat penjumlahan bentuk akar)
- 10√7 + 3√7 – 4√7 = (10 + 3 – 7)√7 = 6√7
- Untuk soal seperti ini kerjakan yang memenuhi
sifat penjumlahan atau pengurangan, maka:
=> 9√5 + 4√5 + 7√7 – 3√7
= (9 + 4)√5 + (7 – 3)√7
= 13√5 + 4√7 (Tidak dapat dijumlahkan karena tidak memenuhi sifat penjumlahan bentuk akar)
Perkalian Bentuk Akar
Operasi aljabar perkalian bentuk akar sudah
Mafia Online posting pada postingan yang berjudul “Operasi Perkalian Bentuk Akar”. Perkalian bentuk akar memiliki sifat
sebagai berikut.
Contoh
Soal 2
Sederhanakan bentuk-bentuk berikut.
1). 4√3 × √2
2). 4√5 × 3√3
3). (4√2 + 2√5)(4√2 – 2√5)
4). (2√3 + 5√2) × √2
5). (2√3 + 5√2)(2√3 + 5√2)
Penyelesaian:
1). 4√3 × √2
= (4 . 1)√(3 . 2)
= 4√6
2). 4√5 × 3√3
= (4 . 3)√(5 . 3)
= 12√15
3). (4√2 + 2√5)(4√2 – 2√5)
= 4√2. 4√2 – 4√2. 2√5 + 2√5. 4√2 – 2√5. 2√5
= 16√4 – 8√10 + 8√10 – 4√25
= 16.2 – 4.5
= 32 – 20
= 12
4). (2√3 + 5√2) × √2
= 2√3 . √2 + 5√2 . √2
= 2√6 + 5√4
= 2√6 + 5.2
= 2√6 + 10
5). (2√3 + 5√2)(2√3 + 5√2)
= 2√3 . 2√3 + 2√3 . 5√2 + 5√2 . 2√3 + 5√2 . 5√2
= 4√9 + 10√6 + 10√6 + 25√4
= 4 . 3 + 20√6 + 25 . 2
= 12 + 20√6 + 50
= 62 + 20√6
Pembagian Bentuk Akar
Operasi aljabar pembagian bentuk akar juga sudah
Mafia Online posting pada postingan yang berjudul “Operasi Pembagian Bentuk Akar”. Pembagian bentuk akar memiliki sifat
sebagai berikut.
Contoh
Soal 3
Sederhanakan bentuk-bentuk berikut.
1). √18/√3
2). 4√15 × 2√3
Penyelesaian:
1). √18/√3 = √(18/3) = √6
2). 4√15 × 2√3 = (4/2)√(15/3) = 2√5
Demikian postingan tentang operasi bentuk akar dan contoh soalnya. Mohon maaf jika ada kata atau perhitungan yang salah dalam postingan ini. Salam Matematika => Kita pasti bisa.